MENGGALI HIKMAH HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW.


Hijrah Rasulullah s.a.w dari Mekkah ke Madinah terkait erat dengan perjuangan beliau menyebarkan ajaran Islam. Semasa hidupnya, beliau bersama para sahabat dan pengikutnya beberapa kali berhijrah untuk mempertahankan iman mereka dari intimidasi, ancaman, dan bahkan upaya pembunuhan yang dilakukan oleh kaum Quraisy karena tidak suka melihat perkembangan jumlah pengikut ajaran Nabi Muhammad s.a.w yang terus meningkat. Secara etimologis, hijrah berarti pindah, meninggalkan tempat tinggalnya untuk menuju ke suatu tempat yang baru, atau mengungsi karena alasan tertentu. Pada dasarnya, manusia lebih suka tinggal di suatu wilayah yang aman, bebas dari berbagai ancaman. Oleh karena itu, ketika kedua hal tersebut tidak mereka peroleh maka berpindah ke tempat lain akan menjadi pilihan hidupnya seperti yang dilakukan oleh orang-orang Vietnam pada tahun 1970an karena desakan pemimpin komunis di negaranya, Afghanistan pada tahun 1980an karena keadaan perang pada masa invasi Rusia, di Uganda, Sudan, Somalia dan lain-lain beberapa tahun terakhir ini karena konflik internal antar suku. Pada masa perjuangan menyebarkan Islam, Rasulullah s.a.w dan para sahabatnya, pertama kali berhijrah ke Habsyah (Abisinia) yang rakyatnya beragama Kristen namun rajanya Najasyi bersifat adil. Hal ini terjadi pada tahun ke lima setelah beliau dianggkat menjadi Nabi. Hijrah ini terdiri dari dua gelombang: pertama diikuti oleh 14 orang, dan kedua 100 orang. Faktor pemicu hijrahnya Rasulullah saw. ke Habsyah adalah karena perbedaan keimanan. Di satu pihak kaum Quraisy adalah penyembah berhala dan bersikukuh mempertahankan ajaran nenek moyangnya, bahkan mereka memaksa para pengikut Muhammad saw untuk menghasut, dan keluar dari ajaran Muhammad saw. Di sisi lain, Muhammad saw dan para pengikutnya adalah penganut agama tauhid yang karena keimanan dan kecintaan mereka kepada Allah swt, tidak rela menanggalkan keyakinannya hanya karena kesulitan yang dihadapi berupa intimidasi, ancaman, boikot, dan upaya pembunuhan. Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui umat Islam. Pertama, hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya. Contohnya, semula siswa itu malas mengerjakan shalat 5 waktu dan malas belajar. Kemudian dia membuang jauh sifat malasnya itu, sehingga ia menjadi siswa yang berdisiplin dalam salat lima waktu dan rajin dalam menuntut ilmu. Arti hijrah dalam pengertian pertama ini wajib dilaksanakan oleh setiap umat Islam. Rasuluilah Saw bersabda : Artinya : “Orang berhijrah itu ialah orang yang meninggalkan segala apa yang dilarang Allah Swt” (HR. Bukhari) Arti kedua dari hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman dan kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yatsrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M. Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yatsrib (negeri Islam) adalah : -  Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman, dan kekerasan kaum kafir Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah Saw meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke Yatsrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum kafir Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya. - Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanva dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam) sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl: 41-42. وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ فِي ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ مَا ظُلِمُواْ لَنُبَوِّئَنَّهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗۖ وَلَأَجۡرُ ٱلۡأٓخِرَةِ أَكۡبَرُۚ لَوۡ كَانُواْ يَعۡلَمُونَ ٤١ "Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.” (QS. An-Nahl,: 41-42) Ukhuwah dan Hijrah Di antara makna hijrah yang terpenting adalah berukhuwah secara mendalam antara sesama muslim. Karena dari ukhuwah inilah kekuatan baru umat Islam akan terbangun sebagaimana dulu Rasulullah Saw. telah membangun kekuatan masyarakat Islam yang mengagumkan di atas fondasi ukhuwah ini. Allah berfirman, Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (alhujurat:10) Persaudaraan (ukhuwah) merupakan pilar utama masyarakat Islam… Dengan menghayati dan menggali makna hijrah kita dapat menangkap esensi persaudaraan ini. Dengan hijrah, Rasulullah Saw. dan para sahabat bisa membangun masyarakat baru di kota Madinah. Masyarakat yang terformulasikan dalam bentuk persaudaraan “ukhuwah” yang sangat kental antara orang-orang yang berhijrah dari Makkah “Muhajirin” dan penduduk kota Madinah yang membantu mereka kaum “Anshar”. Tergambar dalam firman Allah Taala, Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung (Alhasyar: 9) Ayat di atas menunjukkan bagaimana ukhuwah tertanam di hati para sahabat Nabi Muhajirin dan Anshar Radhiyallahu anhum. Rasulullah Saw. mempersaudarakan mereka di jalan Allah dan persaudaraan ini berpengaruh sampai pada kehidupan mereka yang paling mendalam. Sebagai contoh, ketika Abdurrrahman bin Auf radliyallahu Anhu dari kelompok Muhajirin dipersaudarakan dengan Sa’ad bin al Rabi’ dari Anshar. Seketika Sa’ad dengan penuh kejujuran dan keikhlasan menawarkan kepada Abdurrahman untuk mengambil separuh dari kekayaannya dan salah seorang dari kedua istrinya. Itulah yang disebut sebagai itsar (mendahulukan kepentingan saudaranya daripada dirinya sendiri). Kita dapat menarik banyak pelajaran penting dari ayat hijrah di atas dan contoh persaudaraan kedua sahabat ini, antara lain: Pertama, bahwa mencintai Allah dan bercinta dengan sesama mukminin di jalan Allah merupakan pilar utama dalam ukhuwah islamiyah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw, Tiada beriman seorang dari kamu sehingga dia mencintai segala sesuatu bagi saudaranya yang dia cintai bagi dirinya. (HR. Al-Bukhari) Kedua, hijrah telah melahirkan suasana baru yang sangat memungkinkan terbangunnya ukhuwah Islamiyah, di mana kualitas ukhuwah ini benar-benar melebihi tingkat ukhuwah yang semata tegak di atas hubungan nasab dan darah yaitu itsar. Ketiga, bahwa dari bentuk ukhuwah seperti inilah kelak kemudian muncul kekuatan umat Islam yang bisa menaklukkan kekuatan Yahudi di Khaibar, dan bisa mematahkan kekuatan kaum kafir Quraish dalam berbagai medan perjuangan, yang puncaknya adalah terbukanya kota Makkah ” Fathu Makkah “. Kewajiban Kita Sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw. – apakah yang dapat Kita lakukan dengan pelajaran sejarah yang senantiasa berulang di saat-saat kita memasuki tahu baru Hijriyah ini? Apakah Kita hanya diam atau sekadar saling mengirimkan ucapan selamat tahun baru, melalui WA, BB, SMS atau email? Di sini ada beberapa langkah penting: (a) Tanamkanlah semangat baru untuk memulai tahun baru ini dengan nilai-nilai yang memancar dari relung keimanan Kita yang sangat dalam. Yaitu keimanan terhadap kebenaran ajaran Islam yang dibawa Rasulullah saw keimanan terhadap nilai-nilai luhur yang diajarkan Nabi Saw. (b) Ikutilah jejak perjuangan dan pengorbanan Rasulullah Saw. beserta sahabat-sahabatnya, dimana dari cerminan hijrah yang mereka lakukan, sungguh terlihat betapa mereka tidak lagi mendahulukan dunia dalam langkah hidupnya, melainkan malah mengorbankan dunia untuk kepentingan akhirat. Itulah pangkal keberuntungan. (c) Bawalah spirit hijrah ini ke segala lapangan kehidupan, dalam arti pindah dari masa lalu yang kurang baik, penuh maksiat ke hari esok yang penuh dengan ketaatan kepada Allah. Tidak hanya dalam segi ibadah melainkan dalam segala lapangan kehidupan. Termasuk berhijrah dari kebiasaan bertindak zhalim kepada kebiasaan bertindak adil dalam bermasyarakat, berbisnis dan bernegara. Dengan demikian makna hijrah akan selalu hidup dalam diri kita. Hidup karena kita mentranformasikan maknanya ke dalam moral. Sehingga peristiwa yang pernah dilakukan Rasulullah itu, tidak semata kejadian biasa, melainkan menjadi sebuah konsep hidup yang harus senantiasa direnungkan maknanya dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »